Generalisas
pola pengembangan paragraf yang
menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat
umum.
Contoh:
Setelah karangan anak-anak
kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai
delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan
tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan
anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Analogi
pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua
hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah
ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang
yang lain.
Contoh:
Alam semesta berjalan
dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan
binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti
teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama
tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang
Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta
alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang
akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang
kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola
penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan
sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini
pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas,
yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.
§ Sebab-Akibat
Penalaran ini berawal dari peristiwa
yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya.
Polanya adalah A mengakibatkan B.
Contoh:
Era
Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang
membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi
dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya
harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi
kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi
Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima
pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai
pembangunan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar