Di tengah ketidakpastian penyelesaian krisis utang di kawasan Eropa dan perlambatan ekonomi Amerika
Serikat yang juga berimbas pada perlambatan ekonomi beberapa negara emerging mitra dagang utama Indonesia,
kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada 2011 masih cukup kuat dengan mencatat surplus USD11,9 miliar,
meski lebih rendah dibanding surplus USD30,3 miliar pada 2010.
Kinerja NPI tersebut terutama ditopang oleh tingginya harga komoditas dan cukup derasnya aliran masuk
modal investasi portofolio pada paruh pertama 2011. Namun demikian, meningkatnya sentimen negatif akibat
ketidakpastian ekonomi global pada triwulan III 2011 menimbulkan tekanan negatif pada sisi neraca finansial yang
dipicu oleh derasnya aliran modal keluar dari investasi portofolio. Dalam perkembangannya, tekanan negatif
terhadap NPI mulai mereda di triwulan IV 2011. Defisit NPI pada Tw. IV-2011 menyempit menjadi USD3,7 miliar
dibanding defisit sebesar USD4,0 miliar pada triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI tersebut terutama akibat
berkurangnya tekanan defisit transaksi modal dan finansial pada Tw. IV-2011 dari defisit USD4,1 miliar pada Tw. III-
2011 menjadi defisit USD1,4 miliar. Arus keluar transaksi modal dan finansial berkurang setelah investasi portofolio
asing mulai masuk kembali dan investasi langsung asing serta penarikan utang luar negeri swasta meningkat secara
signifikan. Di sisi lain, surplus neraca perdagangan barang berkurang akibat impor yang terus meningkat seiring
dengan kuatnya permintaan domestik, sedangkan ekspor justru menurun akibat permintaan dunia dan harga
komoditas yang melemah. Penurunan surplus neraca perdagangan barang tersebut, bersama dengan defisit neraca
jasa yang melebar, mengakibatkan transaksi berjalan pada Tw. IV-2011 mengalami defisit sebesar USD0,9 miliar
(sekitar 0,4% PDB).
Secara ringkas, beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia selama
Tw. IV-2011, antara lain:
• Pertumbuhan ekonomi Tw. IV-2011 yang cukup tinggi mencapai 6,5%, didukung oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 4,9% dan 11,5%. Perkembangan
permintaan domestik ini mendorong impor nonmigas tumbuh tinggi (20,4%; y.o.y);
• Penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam menyebabkan kinerja ekspor
nonmigas melambat (10,0%; y.o.y);
• Peningkatan permintaan gas (khususnya LNG) untuk kebutuhan domestik, sementara di sisi lain terjadi
penurunan produksi gas akibat natural declining kilang tua (Bontang dan Arun) yang belum dapat tertutupi
dengan hasil peningkatan eksplorasi gas Tangguh, menyebabkan ekspor gas menurun;
• Kuatnya fundamental ekonomi domestik dan prospek ekonomi yang baik mendorong arus masuk modal
investasi langsung tetap tinggi dan mendominasi struktur neraca finansial dalam NPI;
• Kestabilan pasar keuangan domestik dengan imbal hasil yang masih menarik mendorong investasi portofolio
asing kembali masuk ke Indonesia sehingga mengurangi tekanan defisit transaksi finansial, meskipun
ketidakpastian penyelesaian krisis utang di Eropa dan pelemahan ekonomi Amerika Serikat masih berlangsung.
refensi : http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/2EBEEFDF-5BCF-407A-A773-6ACFEE6B87ED/25646/NPI_tw411rev.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar