1. Pengertian JIT
Dalam
pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu
organisasi.
JIT
mempunyai empat aspek pokok sebagai
berikut:
1. Semua
aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya
komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi.Sehingga produk rusak
dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya untuk pengerjaan
kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu
diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan
pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas
yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai
bidang fungsional perusahaan seperti misalnya pembelian, produksi, distribusi,
administrasi dan sebagainya.
A. Pembelian JIT
Pembelian
JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa
sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk memenuhi permintaan atau
penggunaan.
Pembelian
JIT dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dengan cara:
1. Mengurangi
jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-sumber yang
dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
2. Mengurangi
atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
3. Memiliki
pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
4. Mengeliminasi
atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai tambah.
5. Mengurangi
waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan
pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran
langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
2. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk
mengumpulkan biaya.
3. Mengubah
dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak biaya tidak
langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
4. Mengurangi
perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli secara
individual
5. Mengurangi
biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
B. Produksi JIT
Produksi
JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat waktu,
mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi
JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
1. Mengurangi
atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun kerja)
atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
2. Mengurangi
atau meniadakan “Lead Time” (waktu
tunggu) produksi (konsep waktu tunggu nol).
3. Secara
berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
4. Menekankan
pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi yang tidak
bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan
yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
1. Lead time
(waktu tunggu) pemanufakturan
2. Persediaan
bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
3. Waktu
perpindahan
4. Tenaga
kerja langsung dan tidak langsung
5. Ruangan
pabrik
6. Biaya
mutu
7. Pembelian
bahan
Penerapan
produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan manajemen
dalam beberapa cara sebagai berikut:
1. Ketertelusuran
langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan
2. Mengeliminasi
atau mengurangi kelompok biaya (cost
pools) untuk aktivitas tidak langsung
3. Mengurangi
frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja dan
overhead pabrik secara individual
4. Mengurangi
keterincian informasi yang dicatat dalam “work
tickets”
2.
Pemanufakturan JIT dan Penentuan Biaya Produk
Pemanufakturan
JIT menggunakan pendekatan yang lebih memusat daripada yang ditemui dalam
pemanufakturan tradisional.Penggunaan sistem pemanufakturan JIT mempunyai
dampak pada:
1. Meningkatkan
Keterlacakan (Ketertelusuran) biaya.
2. Meningkatkan
akurasi penghitungan biaya produk.
3. Mengurangi
perlunya alokasi pusat biaya jasa (departemen jasa)
4. Mengubah
perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja langsung.
5. Mempengaruhi
sistem penentuan harga pokok pesanan dan proses.
Dasar-dasar
pemanufakturan JIT dan perbedaannya dengan pemanufakturan tradisional:
2.1.
JIT Dibandingkan dengan Pemanufakturan Tradisional.
Pemanufakturan
JIT adalah sistem tarikan permintaan (Demand-Pull).
Tujuan pemanufakturan JIT adalah memproduksi produk hanya jika produk tersebut
dibutuhkan dan hanya sebesar jumlah permintaan pembeli (pelanggan). Beberapa
perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja
Interdisipliner
c. Filosofi
TQC (Total Quality Control)
2.2. JIT dan Ketertelusuran Biaya
Overhead
Dalam
lingkungan JIT, beberapa aktivitas overhead yang tadinya digunakan bersama
untuk lebih dari satu lini produk sekarang dapat ditelusuri secara langsung ke
satu produk tunggal. Manufaktur yang berbentuk sel-sel, tanaga kerja yang
terinterdisipliner, dan aktivitas jasa yang terdesentralisasi adalah
karakteristik utama JIT.
JIT
|
TRADISIONAL
|
Sistem Pull-through
Persediaan tidak signifikan
Sel-sel pemanufakturan
Tenaga kerja terinterdisipliner
Pengendalian mutu (TQC)
Dsentralisasi jasa
|
Sistem Push-through
Persediaan signifikan
Berstruktur departemen
Tenaga kerja terspesialisasi
Level mutu akseptabel (AQL)
Sentralisasi jasa
|
2.3.
Keakuratan Penentuan Biaya Produk dan JIT
Salah satu konsekuensi dari penurunan
biaya tidak langsung dan kenaikan biaya langsung adalah meningkatkan keakuratan
penentuan biaya (Harga Pokok Produk).
Pemanufakturan JIT, dengan mengurangi
kelompok biaya tidak langsung dan mengubah sebagian besar dari biaya tersebut
menjadi biaya langsung maupun sebaliknya, dapat menurunkan kebutuhan penaksiran
yang sulit.
2.4.
JIT dan Alokasi Biaya Pusat Jasa
Dalam manufaktur tradisional,
sentralisasi pusat-pusat jasa memberikan dukungan pada berbagai departemen
produksi. Dalam lingkungan JIT, banyak jasa didesentralisasikan.Hal ini dicapai
dengan membebankan pekerja dengan keahlian khusus secara langsung ke lini
produk dan melatih tenaga kerja langsung yang ada dalam sel-sel untuk
melaksanakan aktivitas jasa yang semula dilakukan oleh tenaga kerja tidak
langsung.
2.5.
Pengaruh JIT pada Biaya Tenaga Kerja Langsung
Sebagai perusahaan yang menerapkan JIT
dan otomatisasi, biaya tenaga kerja langsung tradisional dikurangi secara signifikan.Oleh
sebab itu ada dua akibat:
1. Persentasi biaya tenaga kerja langsung
dibandingkan total biaya produksi menjadi berkurang
2. Biaya tenaga kerja langsung berubah dari biaya
variabel menjadi biaya tetap.
2.6. Pengaruh JIT pada Penilaian Persediaan
Salah satu masalah pertama akuntansi
yang dapat dihilangkan dengan penggunaan pemanufakturan JIT adalah kebutuhan
untuk menentukan biaya produk dalam rangka penilaian persediaan. Jika terdapat
persediaan, maka persediaan tersebut harus dinilai, dan penilaiannya mengikuti
aturan-aturan tertentu untuk tujuan pelaporan keuangan. Dalam JIT
diusahakan persediaan nol (atau paling
tidak pada tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan
menjadi tidak relevan untuk tujuan pelaporan keuangan.Dalam JIT, keberadaan
penentuan harga pokok produk hanya untuk memuaskan tujuan manajerial. Manajer
memerlukan informasi biaya produk yang akurat untuk membuat berbagai keputusan
misalnya: (a) penetapan harga jual berdasar cost-plus, (b) analisis trend biaya,
(c) analisis profitabilitas lini produk, (d) perbandingan dengan biaya para
pesaing, (e) keputusan membeli atau membuat sendiri, dsb.
2.7.
Pengaruh JIT pada Harga Pokok Pesanan
Dalam
penerapan JIT untuk penentuan order pesanan, pertama, perusahaan harus
memisahkan bisnis yang sifatnya berulang-ulang dari pesanan khusus.Selanjutnya,
sel-sel pemanufakturan dapat dibentuk untuk bisnis berulang-ulang.
Dengan
mereorganisasi tata letak pemanufakturan, pesanan tidak membutuhkan perhatian
yang besar dalam mengelompokkan harga pokok produksi. Hal ini karena biaya
dapat dikelompokkan pada level selular. lagi pula, karena ukuran lot sekarang lebih sangat kecil,maka
tidak praktis untuk menyusun kartu harga pokok pesanan untuk setiap pesanan.
Maka lingkungan pesanan akan menggunakan sifat sistem harga pokok proses.
2.8.
Penentuan Harga Pokok Proses dan JIT
Dalam
metode proses, perhitungan biaya per
unit akan menjadi lebih rumit karena adanya persediaan barang dalam proses.
Dengan menggunakan JIT, diusahakan persediaan nol, sehingga penghitungan unit
ekuivalen tidak terlalu dibutuhkan, dan tidak perlu menghitung biaya dari
periode sebelumnya. JIT secara signifikan mengarah pada penyederhanaan.
2.9. JIT dan Otomasi
Sejak sistem JIT digunakan, biasanya
hanya menunjukkan kemungkinan otomasi dalam beberapa hal. Karena tidaklah umum
bagi perusahaan yang menggunakan JIT untuk mengikutinya dengan
pemilikan teknologi
pemenufakturan maju. Otomasi perusahaan untuk : (a) menaikkan kapasitas
produksi, (b) menaikkan efisiensi, (c) meningkatkan mutu dan pelayanan, (d)
menurukan waktu pengolahan, (e) meningkatkan keluaran.
Otomasi
meningkatkan kemampuan untuk menelusuri biaya pada berbagai produk secara
individual. sebagai contoh sel-sel FMS, merupakan rekan terotomasi dari sel-sel
pemanufakturan JIT. Jadi. beberapa biaya yang merupakan biaya yang tidak
langsung dalam lingkungan tradisional sekarang menjadi biaya langsung.
2.10.
Penentuan Harga Pokok Backflush
Penentuan harga pokok backflush
mengeliminasi rekening barang dalam proses dan membebankan biaya produksi
secara langsung pada produk selesai. Perusahaan menggunakan backflush costing
jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Manajemen
ingin sistem akuntansi yang sederhana.
2. Setiap
produk ditentukan biaya standarnya.
3. Metode
ini menghasilkan penentuan harga pokok produk yang kira-kira mengasilkan
informasi keuangan yang sama dengan penelusuran secara berurutan.
Ada
dua perubahan relatif pada sistem konvensional yaitu :
1. Perubahan
Akuntansi Bahan
2. Perubahan
Akuntansi Biaya Konversi
3. Analisis Biaya-Volume-Laba
3.1
Analisis CPV Konvensional
Analisis
biaya-volume-laba (CPV) konvensional menganggap bahwa semua biaya, produksi dan non produksi, dap[at
digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu:
a.
Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b.
Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.
Dalam
anlisis tersebut biaya dianggap sebagai fungsi linier volume penjualan sehingga
persamaannya adalah:
L = P -
B Dalam hal ini:
P = H X L
= Laba bersih sebelum pajak
B = T + VX P
= Pendapatan Total
Sehingga: B = Biaya Total
L = HX - T - VX H
= Harga jual per unit
X(H -
V) = L + T X = Unit atau
volume produk yang X
= (L+T)/(H-V) T = Biaya tetap total
V = Biaya
variabel per unit
3.2 Analisis CPV dalam JIT
Dalam
sistem JIT,biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya
tetapnya naik.Dalam JIT,biaya variabel berdasar batch tidak ada karena batch
menjadi satu kali.Jadi,rumus biaya dalam JIT dapat digambarkan sebagai berikut:
B = T + V1X1 + V3X3
B =
Biaya Total X1 = Jumlah
unit
T =
Biaya tetap X3 = Jumlah
kegiatan
V1 =
Biaya variabel berdasar unit penjualan (berdasar unit)
V3 =
Biaya variabel berdasar non unit
4.
Titik Impas
Titik
impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mendapat laba maupun
rugi.jadi dapat dikatakan kondisi pendapatan perusahaan dalam keadaan seimbang.
4.1 Sistem
Konvensional
X =
(I + F) / (P - V)
Dalam
hal ini:
X
= Unit produk yang harus dijual untuk
mencapai laba tertentu
I =
Laba sebelum pajak penghasilan
F =
Total biaya tetap
P =
Harga jual per unit
V =
Biaya variabel per unit
4.2 Sistem JIT
X1 = (I + F1 + X2V2
) / (P - V1)
Dalam
hal ini:
X1
= Unit produk yang harus dijual untuk
mencapai laba tertentu
I =
Laba sebelum pajak penghasilan
F1 =
Total biaya tetap
X2 =
Jumlah kuantitas berbasis nonunit
V2 =
Biaya variabel per basis non unit
P =
Harga jual per unit
V1
=
Biaya variabel per unit
Illustrasi :
PT.KIRANA, sebuah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perakitan suku cadang menggunakan dua sistem biaya yang berbeda
yaitu:
1. Sistem
biaya konvensional
2. JIT
.Sistem biaya konvensional membebankan
BOP menggunakan pengarah biaya (cost
driver) berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada
penelusuran biaya dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk biaya yang
tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan suatu sel pemanufakturan. Untuk mengetahui
perbedaan antara kedua metode, berikut ini disajikan data biaya produksi untuk
bulan desember 1997 :
ELEMEN BIAYA
|
SISTEM BIAYA
|
|
|
KONVENSIONAL
|
JIT
|
Bahan Baku
Tenaga kerja langsung
BOP Variabel berbasis unit
BOP Variabel berbasis non unit
BOP tetap langsung
BOP tetap bersama
|
Rp 800
70
90
-
30
100
Rp
1.090
|
Rp 800
100
20
30
30
20
Rp 1.000
|
Diminta:
1. Hitunglah
jumlah maksimum dari masing-masing sistem biaya yang harus dibayar seandainya perusahaan memutuskan untuk
membeli pada pemasok luar.
2. Bila diketahui
perusahaan berproduksi pada
kapasitas 1500 unit dengan harga jual Rp 1.100, susunlah laporan L/R untuk
periode yang bersangkutan
3. Lakukan
analisis terhadap kasus tersebut.
Penyelesaian :
1.
Jumlah maksimum yang harus dibayar kepada pemasok luar, biasa dianggap sebagai
biaya terhindarkan yang harus diputuskan oleh perusahaan tersebut.
Biaya yang dapat dihindarkan:
- Sistem biaya konvensional = Rp
800 + 70 + 90 + 30 = Rp 990
- Sistem biaya JIT =
Rp 800 + 100 +30 +20 +30 = Rp 980
2. Laporan L/R
KETERANGAN
|
SIST. KONVENSIONAL
|
SIST. JIT
|
Penjualan :
(
1500 u x Rp 1.100)
Biaya Variabel :
(Rp
9601) x 1.500 u)
(Rp
8202) x 1.500 u)
Laba Kontribusi
Biaya Tertelusur :
Bi.
variabel berbasis non unit
Bi.
tetap langsung
Jumlah Biaya Tertelusur
Laba Langsung Produk
|
Rp 1.650.000
1.440.000
210.000
-
45.000
45.000
165.000
|
Rp 1650.000
1.230.000
420.000
45.0003)
195.004)
240.000
180.000
|
1) Rp 800 + Rp 70 + Rp 90 = Rp 960
2) Rp 800 + Rp 20 = Rp 820
3) Rp 30 x 1.500 u = Rp 45.000
4) (Rp 100 + Rp 30) x 1.500 u = Rp
195.000
3.
Sistem penentuan harga pokok konvensional menyediakan laporan yang menunjukkan
profitabilitas produk sedangkan sistem JIT menunjukkan adanya efisiensi karena
JIT dapat mengubah beberapa jenis biaya mis: Biaya tenaga kerja langsung
menjadi biaya tetap langsung.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar